Menutup Tahun di BSD City: Lari Pagi 10K untuk Bela Negara dan Cinta


 

Pagi terakhir di tahun 2023 menyapa BSD City dengan udara yang sejuk dan langit yang masih malu-malu menampakkan cahaya. Jalanan belum ramai, hanya terdengar suara sepatu kami yang sesekali menjejak trotoar basah sisa hujan malam. Tak ada kerumunan pelari, tak ada panggung atau balon start seperti event lari pada umumnya. Tapi pagi itu, 31 Desember, kami berdua memutuskan untuk menutup tahun dengan menuntaskan lari 10 kilometer dalam rangka event virtual Hari Bela Negara.

Kami tidak mengenakan nomor dada atau gelang identitas pelari. Hanya mengenakan pakaian olahraga sederhana dan membawa ponsel dengan aplikasi lari yang siap mencatat perjalanan kami. Meski tidak ada garis start yang resmi, kami tahu betul: titik awal itu bukan sekadar tempat, tapi keputusan. Keputusan untuk menepati komitmen—pada diri sendiri, pada pasangan, dan pada semangat bela negara dalam makna yang lebih luas.

Saat memutuskan ikut lari virtual ini beberapa minggu sebelumnya, kami awalnya tak menyangka bahwa pengalaman ini akan menjadi sesuatu yang begitu personal dan berkesan. Lari virtual memang tak menawarkan gegap gempita seperti lomba lari konvensional, tapi justru di situ letak keistimewaannya. Dalam sunyi dan tanpa sorak-sorai, kita ditantang untuk jujur pada diri sendiri, untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulai, dan untuk memaknai setiap kilometer sebagai bagian dari perjalanan.

Langkah pertama kami dimulai di area sekitar taman kota BSD. Aspalnya bersih, pohon-pohon rindang menambah kesegaran pagi. Kilometer awal terasa ringan. Kami tidak banyak berbicara, tapi dari senyum yang saling dibagi, aku tahu kami punya semangat yang sama. Kadang pasangan berjalan sedikit di depan, lalu memperlambat langkah agar aku bisa sejajar. Kadang kami saling menyalip hanya untuk saling menyemangati. Tak ada persaingan, hanya kebersamaan.

Memasuki kilometer kelima, tubuh mulai terasa lelah. Nafas mulai berat, dan matahari pelan-pelan muncul dari balik gedung-gedung tinggi BSD. Tapi kami terus berjalan. Aku sempat bertanya dalam hati, “Apa kaitannya lari dengan bela negara?” Dan pelan-pelan aku menemukan jawabannya. Bela negara bukan hanya soal senjata atau barikade. Ia adalah bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri, menjaga kesehatan, membangun disiplin, dan mengambil bagian dalam kegiatan positif yang memperkuat bangsa dari dalam—dari tubuh dan pikiran yang sehat.

Kilometer demi kilometer kami lewati sambil berbagi cerita kecil. Tentang apa yang sudah kami lewati sepanjang tahun ini—pekerjaan yang naik turun, tantangan hidup yang kadang melelahkan, dan juga momen-momen kecil yang kami syukuri. Di sela-sela langkah yang melambat, kami sempat duduk sebentar di bangku taman dekat danau. Meneguk air minum sambil menatap langit yang mulai cerah. Tak terasa, kami sudah di kilometer delapan.

Ada sesuatu yang terasa berbeda pagi itu. Meski tubuh mulai letih, hati terasa ringan. Ada rasa bangga karena kami tidak menyerah, meski tak ada yang menyuruh. Kami hanya ingin menepati janji pada diri sendiri: menutup tahun ini dengan sesuatu yang bermakna. Dan lari 10K ini, di tempat sederhana seperti taman BSD, bersama orang yang kita cintai, adalah bentuk dari kemenangan kecil yang kami rayakan sendiri.

Akhirnya, ketika aplikasi lari kami berbunyi, menandakan angka 10 kilometer telah tercapai, kami berhenti sejenak dan saling menatap. Tak ada selebrasi besar, tak ada tepuk tangan penonton, tapi ada senyum puas di wajah kami berdua. Kami menepuk tangan satu sama lain dan berkata, “Kita berhasil.”

Lari virtual ini memberi kami lebih dari sekadar jarak tempuh. Ia memberi ruang untuk refleksi, ruang untuk saling menguatkan, dan ruang untuk menutup tahun dengan penuh makna. Dalam diam, dalam keringat, dalam napas yang terengah-engah, kami menemukan bahwa lari bukan hanya soal kecepatan, tapi tentang ketekunan dan kemauan untuk menyelesaikan sesuatu bersama.

Bagi kami, ini bukan hanya tentang Hari Bela Negara, tapi tentang membela satu sama lain—dalam bentuk yang sederhana namun nyata. Kami sadar, tidak semua pasangan punya waktu atau kesempatan untuk menutup tahun dengan aktivitas bersama. Tapi bagi yang bisa, cobalah. Bukan harus dengan lari, tapi apa pun yang bisa kalian lakukan berdua untuk merayakan pencapaian dan menyambut harapan.

Malam harinya, kami menyalakan lilin kecil di teras rumah. Tidak ada pesta besar. Hanya kami berdua, secangkir teh hangat, dan cerita tentang 10 kilometer pagi tadi. Cerita yang mungkin sederhana, tapi akan selalu kami kenang sebagai cara kami mengakhiri 2023—dengan langkah yang seirama dan hati yang saling mendukung.


Catatan kecil:
Bagi kamu yang ingin mencoba lari virtual di masa mendatang, jangan ragu. Tidak harus cepat, tidak harus jauh. Yang penting adalah memulai, dan menyelesaikannya dengan hati. Karena kadang, langkah yang paling bermakna adalah langkah yang kita ambil saat tidak ada yang melihat, kecuali diri sendiri dan orang terdekat kita.

Menutup Tahun di BSD City: Lari Pagi 10K untuk Bela Negara dan Cinta Menutup Tahun di BSD City: Lari Pagi 10K untuk Bela Negara dan Cinta Reviewed by Massaputro Delly TP. on Selasa, Juni 17, 2025 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
close